Tidak semua anak di kelas saya tampak berkilau. Beberapa anak berjuang keras untuk dapat memenuhi setiap tujuan kegiatan di kelas. Zaky, adalah salah satunya. Dengan kesulitan belajar yang ia miliki, hampir semua kegiatan adalah tantangan. Hal-hal wajar yang dilakukan teman-temannya bisa jadi adalah sebuah pencapaian yang besar baginya. Kadang-kadang, kalau Bu Tia lupa memakai kaca pembesar, bisa jadi saya melewatkan pencapaian luar biasa itu.
Hari-hari sepi seperti tiga hari terakhir ini sungguh saya nikmati bersama Zaky. Ia senang, karena katanya kelas tidak berisik dan Bu Tia tidak perlu mondar-mandir. Ya, saya hanya perlu duduk di sebuah meja berkursi empat. Cukup untuk seisi kelas. Setiap anak pun mengerjakan tugasnya sendiri-sendiri, sesuai kecepatannya masing-masing.
Tiga hari ini baru saya sadari bahwa Zaky sudah berkembang jauh dari skeptisme kami, guru-gurunya selama ini. Ia masih berjuang untuk membaca dengan lancar, tetapi bagaimana saya tidak terkagum-kagum ketika ia menyelesaikan ilustrasi untuk delapan alinea bacaan tentang Edward Jenner dengan baik. Tentu ia tidak bisa membuat ilustrasi yang tepat kalau tidak mengerti isi bacaannya. Zaky melakukannya tanpa bantuan sama sekali dan tidak mau diganggu bahkan dengan jadwal makan siang.
Kami mencoba bermain "I Spy" dengan peta. Ya, tentu, Zaky tidak bisa menemukan kota, pulau, atau provinsi yang saya sebutkan secepat kilat, seperti kalau saya sedang bermain dengan kebanyakan temannya. Ia menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk mencari, dan memasang strategi yang tepat. Didengarnya betul kata kunci yang saya sebutkan. Kalau saya bilang, Sumatera Selatan, tangannya akan bergerak ke arah selatan.
Begitu pula ketika kami mencoba melengkapi peta buatan sendiri (diwarnai sendiri maksudnya) dengan merujuk pada peta sungguhan, Zaky dapat menempatkan kota pilihannya dengan tepat di lekuk teluk dan pantai yang hampir sama. Saya tahu beberapa temannya masih belum awas dengan simbol kota dan nama kota yang letaknya berdampingan. Dengan senang hati pula, Zaky membantu teman yang belum tahu di mana letak pulau ini dan itu.
Kami 'merayakan' keberhasilannya dengan high five dan makan kue. Kami berhak untuk itu. Meski tidak berlari sekencang shinkansen seperti teman-teman lain, kami toh bergerak maju. Suatu hari, saya yakin, Zaky akan sampai di tempat tujuannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment