Friday, April 07, 2006

Citra

Di sekolah kami tidak ada pelajaran agama,tetapi kami punya satu jam pelajaran khusus untuk pergi ke perpustakaan. Jam ini tidak boleh terlewatkan karena anak-anak akan protes. Kalaupun kelas saya terlalu sibuk untuk pergi ke perpustakaan, saya akan mencuri-curikan waktu di saat istirahat atau diskusi pagi.

Sejak minggu pertama di sekolah ini, saya tahu bahwa setiap Senin guru kelas (baik TK atau SD) akan meminta satu atau dua anak berbicara tentang buku yang dibacanya minggu lalu. Anak-anak yang pandai bercerita bisa membuat setiap buku ini jadi rebutan teman-temannya minggu depan.

Sekolah tidak mengijinkan anak-anak membawa mainan ke sekolah, tapi membolehkan mereka membawa buku apa saja. Sejauh ini anak-anak tak pernah ragu berbagi buku yang baru atau buku yang menarik dengan seisi sekolah.


Suatu kali tahun lalu, Mimi dan Saras bertanya apakah saya tahu siapa Anne Frank. Mereka baru saja membaca bukunya, dan ingin tahu apa yang dimaksud dengan kamp konsentrasi.

Tahun ini di kelas saya ada Adinda yang menikmati buku seperti kita ngemil kacang goreng. Sedapat mungkin ia membaca sambil melakukan hal lainnya. Saya pikir kebiasaan saya makan sambil membaca sudah buruk, tapi Adinda bahkan ingin menulis agenda sambil membaca.

Saya ingat, saya pernah menulis sebuah lema tentang bagaimana anak-anak lari ke perpustakaan hanya untuk menjawab dua pertanyaan sederhana yang ada di lembar kerjanya demi sebuah jawaban yang menyeluruh. Seminggu lalu Adinda mengulanginya lagi karena ia ingin tahu bunga apa yang mekar di malam hari.

Sebulan yang lalu, ketika saya memulai tema listrik, Dhimas angkat tangan dan bertanya apakah kami akan membahas tentang Thomas A Edison. Soalnya saya sedang membaca bukunya. Jangan khawatir, besok saya bawa. Lalu buku tentang Pak Edison itu menghuni rak perpustakaan kelas kami.

Suatu kali saya pernah memuji buku buatan Thalia dan meletakkannya di perpustakaan kelas kami agar teman-temannya membaca. Beberapa kali di waktu-waktu yang saya alokasikan untuk membaca tenang, teman-teman Thalia masih sering berkata dengan memelas, "Gantian ya, habis kamu aku mau baca buku itu." Saya memperhatikan bahwa Thalia yang cenderung pemalu bangga sekali dan jadi sering membaca buku buatannya sendiri itu.

Saat ini kami sedang bicara tentang matahari di kelas. Musa berulang kali bertanya kapan tema tentang matahari ini habis, karena ia ingin membawa buku tentang benda-benda langit yang ia miliki.

Kemarin saya mengamati Zaky seharian.Zaky yang senang sekali pada serangga. Zaky begitu gembira karena ada kaki seribu mampir di aula sekolah. Zaky lari masuk ke kelas dan pergi ke sudut perpustakaan kami.Cepat diambilnya sebuah ensiklopedi tentang serangga, dan membuka-bukanya.Tak lama ia sudah dikerumuni teman-temannya,dan Zaky menerangkan betapa miripnya si kaki seribu dengan gambar yang ia temukan dalam buku itu.

Siangnya anak-anak kelas 3 kembali sibuk dengan buku tahunannya. Ada anak-anak yang sedang sibuk dengan lay out dan pilihan foto. Ibu Lusi, guru pembimbing mereka bertanya pada Lika, "Kalau harus memilih satu foto yang menggambarkan sekolah kita, foto mana yang kamu pilih?"

"Sebentar," Lika memperhatikan deretan foto-foto yang ada,kemudian dengan yakin ia menunjuk foto seorang anak kelompok bermain usia 3 tahun yang sibuk membaca buku di tengah keramaian pesta sekolah.

" Ini Bu, anak-anak sekolah kita senang membaca."





No comments: