Wednesday, April 12, 2006

Pertanyaan

Anak-anak menanyakan banyak pertanyaan. Setiap hari, setiap jam, dan setiap menit. Pertanyaan mereka bisa menggugah, menggelikan, mencengangkan, dan -- setelah dosis yang terlalu banyak-- tentu menjengkelkan.

Itu sebabnya anak-anak sering mengeluh,

Ibuku bilang aku terlalu banyak omong, tanya melulu.
Kalau kebanyakan bertanya, ibuku akan bilang, "Sudah jam empat sore, sayang. Berhenti dulu. Besok lagi."

Memang berapa pertanyaanmu setiap hari.

... Ya... mungkin sekitar tiga puluh lima.


Itu yang di rumah saja. Tidak terhitung pertanyaan yang dilontarkan untuk Bu Tia setiap hari. Coba kalikan sepuluh. Coba ditambah kalimat-kalimat penuh tuntutan seperti, "Aku masih bingung bu.." dan alis mata yang dikerutkan sungguh-sungguh. Kadang-kadang saya pun menghela nafas putus asa.

Beberapa orang yang saya kenal takut dengan pertanyaan anak-anak. Alasannya sesederhana malas menjawab, atau punya imajinasi luar biasa tentang pertanyaan anak-anak.

Contoh paling sederhana, dan paling klasik, tentu pertanyaan mengenai dari mana bayi datangnya.* Teman-teman saya itu bisa kalang kabut mengira pertanyaan anak-anak itu sama artinya dengan "Apakah seks itu menyenangkan?"

Saya pernah mencoba memeriksa jawaban ensiklopedi anak-anak, dan jawaban sang ensiklopedi adalah seperti ini

Kamu berasal dari sel telur dalam tubuh ibumu yang bertemu dengan sperma milik ayahmu.... (penjelasan berlanjut dengan bagaimana sel membelah diri dan berkembang jadi janin dalam perut ibu).

Jawaban yang jujur dan cukup memuaskan. Anak-anak toh tidak pernah benar-benar bertanya bagaimana cara bertemunya kecuali memang sudah tahu dan ingin mengetes orang dewasa, atau mungkin -- in some cases-- terlalu kritis. Tapi menurut saya, sepertinya tidak akan sedetil imajinasi orang dewasa.

Di dalam ruang kepala anak-anak (kecil) bagian tubuh adalah apa yang terlihat dari luar. Buat mereka, sel telur bertemu sperma dianggap sama saja dengan tangan bertemu kaki.

Contoh lain yang benar-benar terjadi adalah ketika salah satu murid kecil saya yang masih berusia 6 tahun, baru duduk di kelas 1 selama dua bulan, membaca di perpustakaan. Ia membaca buku tentang pertumbuhan manusia. Ada sebuah foto menggambarkan sebuah sel sperma.

Ia bertanya keheranan, "Ini gambar apa?"
Teman saya yang duduk di dekatnya, berpikir sesaat kemudian sepertinya ia memutuskan untuk menjawab apa adanya, "Sperma".
Murid kecil saya mengamati gambar itu lekat-lekat untuk beberapa saat,
"Oh. Aku belum pernah lihat."
Lalu ia membalik halaman berikutnya.

Lihat, kan?

Betul, anak-anak dilengkapi satu peralatan lengkap untuk beraptasi dan mengenal dunia berupa pertanyaan. Apa ini? Kenapa begini? Bagaimana caranya? Ingatlah juga bahwa mereka tidak lantas besar begitu saja dan mengerti semua permasalahan dengan segala kompleksitasnya.

Hehe. Anak-anak itu sangat rumit. Di lain sisi, mereka juga sederhana.



* Sebenarnya sepanjang umur saya berkenalan dengan anak-anak, belum ada seorangpun yang bertanya seperti itu. Tapi, yah, siapa tahu. Saya masih muda.

** Sebenarnya saya membahas ini setelah saya bercerita tentang Kepala Sekolah Toto Chan yang mengijinkan murid-muridnya berenang telanjang karena beranggapan keingintahuan anak-anak tentang lawan jenis yang berlebihan justru tidak baik. Dibuatnya acara berenang telanjang sebagai cara 'berkenalan' yang alamiah. Saya setuju, teman saya mendebat. Saya tertawa, anak-anak kan tidak berpikir jorok.


1 comment:

Anonymous said...

ya ya ya.. orang dewasa memang selalu cemas kalau mendapatkan pertanyaan2 "aneh" dari anak2.. sebenarnya jawabannya cuma 1 kenapa takut.. karena sebenarnya manusia2 dewasa ini sendiri tidak mengerti tentang hal yang dipertanyakan.. hehehe.. (contohnya gue sendiri yang selalu cemas kalau pergi ke gereja.. cemas akan pertanyaan2 tentang teori keTuhanan, keYesus-an, dosa, pengampunan, dsb dst..) jadi sebenarnya manusia dewasa cemas akan ketidaktahuannya sendiri.. hehehe..