Anak-anak menemukan tambang pembatas areal gym yang sedang dibangun sangat menarik untuk dipakai berayun-ayun. Ketika melihat, saya tidak tega melarang. Saya ingatkan saja mereka agar hati-hati. Baru sebentar saya melangkah ke kelas untuk meletakkan gelas, Adinda sudah berteriak-teriak... " Ibuuuu.... Riri jatuh terpelanting. Dia menangis!!"
Saya lari ke luar. Riri yang cantik seperti boneka sudah bersimbah air mata. Di dahinya ada benjolan lumayan besar dan goresan luka tapi tidak berdarah. Setelah menitipkan kelas pada Bu Novi, saya lari mencari baskom dan air panas.Di suatu liburan saya juga pernah benjol sebesar telur ayam begitu. Saya kompres dengan air panas dan benjol saya tidak jadi biru. Salep anti memar juga menolong sekali. Ada juga orang yang bilang, kompres air dingin lebih baik.
Sebenarnya keduanya tidak masalah.
Saya memakai satu kata kunci: waktu. Kalau bisa segera mendapatkan kompres es batu, tentu lebih baik. Pendarahannya bisa langsung dihentikan. Tapi kalau selang waktunya terlalu lama hingga sudah terjadi pendarahan di dalam, dan memarnya mulai membesar, kompres air panas justru membantu. Biar tidak jadi beku dan membiru.
Saya membiarkan Riri menyendiri selama 30 menit karena ia sangat kesal akibat jatuh. Berulang kali saya mengejar-ngejar dia mengoleskan salep. Hasilnya, memuaskan! Pagi ini Riri muncul tanpa benjol sedikitpun. Tinggal luka gores menghias dahinya. Beberapa teman laki-laki Riri di kelas (fyi: mereka sangat kagum pada kecantikan Riri) memperhatikan dan berkomentar, " Riri, kamu seperti Harry Potter deh. With that scar on your face..."
Riri cemberut.
Sepanjang hari ini dia tidak ikut-ikutan bermain ayunan tali.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment