Saya datang ke sekolah hari ini dengan t shirt merah dan cardigan putih. Satu per satu teman-teman, dan anak-anak datang dengan pakaian bernuansa merah putih. 'Tujuhbelasan' di sekolah saya memang jatuh pada hari ini. Besok, kan, libur...
Pukul delapan kurang sedikit, halaman sekolah sudah penuh dengan anak-anak. Semua merah dan putih. Anak-anak kelas 3 -- sejauh ini kelas paling senior -- sudah siap dengan pakaian putih-putih dan scarf merah. Selama dua minggu mereka sudah berlatih menjadi petugas upacara. Pagi ini wajah-wajah yang akrab di kelas saya tahun lalu terlihat excited, cemas, dan bangga sekaligus.
It takes five minutes to put the whole schools into lines. Kelas saya dengan manisnya berbaris rapi dan tenang. Itu saja sudah memulai rangkaian keharuan saya pagi ini.
Saya terharu melihat anak-anak kelas 3 yang berusaha keras menjadi petugas upacara, mengorbankan banyak waktu bermain mereka untuk berlatih. They were so brave this morning. Saya lebih terharu lagi melihat empat kelas yang mengikuti upacara dengan usaha terbaik mereka. Saya tidak mengira upacara bendera bersama anak-anak seusia mereka justru terasa khidmat dan berarti.
Tanpa orkestra apapun, Indonesia Raya pagi ini terdengar begitu lantang dan gagah. Semua memperhatikan bendera naik perlahan dan terus menyanyi dengan keras. Tidak peduli kalau TK A hanya bisa menyanyikan ujung-ujungnya saja.
Saya berdiri di belakang. Saya ikut memberi hormat dan saya ikut menyanyi keras-keras. Saya tahu suara saya bergetar.
Tentu saja haru biru itu tidak tinggal sepanjang hari. Sepanjang siang ini kami sibuk dan seru sendiri dengan berbagai perlombaan seperti makan kerupuk, lari kelereng, balap sarung, tarik tambang dan sebagainya. Anak-anak sampai teler karena tidak sempat makan siang. Sebetulnya kami-kami yang mulai tua ini yang kecapekan. Anak-anak tetap saja gesit lari kian ke mari. Mereka super senang.
Tapi, ketika pulang hari ini, saya tidak kehilangan harapan. Itu perasaan yang enak sekali.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment