Setiap kali menyiapkan suatu tema dalam pelajaran, saya akan melihat tiga hal (selain silabus saya sendiri tentunya).
Satu, saya akan melihat pada kurikulum nasional dan buku-bukunya. Saya ingin tahu bagaimana kurikulum nasional meliput tema tersebut.
Dua, saya akan melihat pada kurikulum internasional. Saya juga perlu tahu aspek-aspek apa saja yang ditekankan dalam kurikulum itu.
Tiga, saya harus ke perpustakaan dan mengumpulkan semua buku dan alat peraga yang berhubungan dengan tema itu.
Harapan minimal saya biasanya jatuh pada kurikulum nasional. Contohnya saja saat kemarin kami bicara tentang matahari dan bayang-bayang. Dalam kurikulum nasional, mereka hanya ingin anak-anak tahu bahwa posisi matahari berubah-ubah sehingga letak bayang-bayang pun berubah. Mereka menekankan anak-anak tahu apa kegunaan matahari dalam kehidupan sehari-hari. Sederhana dan masuk akal.
Sebenarnya dalam kurikulum internasional pun tak beda jauh.
Begitu saya masuk kelas dan hendak memulai tema itu, seperti biasa saya akan bertanya pada anak-anak, “Kita akan berbicara tentang matahari selama beberapa minggu ke depan. Apa yang ingin kalian ketahui tentang matahari”
Beberapa tangan mengacung ke udara.
Bintik hitam di matahari itu apa sih bu?
Sebenarnya matahari itu bergerak tidak?
Seberapa besar matahari itu?
Wah, saya perlu lebih banyak buku.
Tiga minggu berikutnya saya berusaha meliput tentang bagaimana hubungan matahari dan bayang-bayang, bagaimana hidup berbagai makhluk dengan dan tanpa sinar matahari, bagaimana terjadinya siang dan malam, dan apa itu matahari sendiri.
Kemarin, saya bertanya lagi pada mereka, “ Apa yang kamu ingat dari pelajaran tentang matahari minggu-minggu yang lalu?
Anak-anak tumpang tindih menjawab
Bintik hitam itu ternyata tempat yang suhunya lebih dingin dari yang lain.
Jaman dulu ada jam matahari.
Ternyata orang membuat garam dengan bantuan sinar matahari
Kalau di Amerika malam, berarti di Indonesia siang.
Ternyata bukan hanya bumi yang berotasi, matahari juga.
Suhu di matahari 6000 derajat celcius, jadi panaaaaaas sekali.
Dan kita tidak kepanasan karena jarak bumi dan matahari adalah 150 juta meter… eh, kilometer!
Ada tempat yang mengalami empat musim karena bumi revolusi.
Kita harus pakai payung, topi atau kacamata hitam supaya terlindung dari sinar matahari.
Iya, sinar matahari ada ultravioletnya.
Tapi kulit kita ada melaninnya.
Makanya orang Afrika kulitnya hitam. Di Afrika kan panas. It is safe for them because the have a lot of melanin.
Selisih itu jelas ada. Selisih antara kurikulum yang saya tahu disusun para ahli dengan keringat dan air mata, dan keingintahuan anak-anak.Tak ada yang salah, kurikulum memang tidak disusun untuk mengakomodasi keliaran berpikir anak-anak. Kurikulum hanya berfungsi untuk memandu.
Saya rasa di situlah tempat saya bebas bergerak, di ruang selisih yang diberikan anak-anak. Di sanalah saya bebas belajar seliar-liarnya dengan mereka. Saya beruntung, ruang selisih yang diciptakan anak-anak saya begitu lapang dan mereka punya semangat yang menulari saya untuk terus menggali lebih dalam dan terbang lebih tinggi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
wa, anak2nya buti emang beneran 'liar' yah...
buTi... iri deh sama buTi.. mau dong ikutan terbang... tapi pusing ngga yah kalo terbangnya sama 10 anak??.. dengan 1 aja cukup pusing lhoooo... hehehehe
San... akhirnya gue menemukan positf liar itu. Haha.
Mum, saya nggak terlalu pusing soalnya cuma terbang beberapa jam sehari. Mereka cuma bisa meneror saya sekitar 20 jam seminggu... so it is nothing compare to be a mother for one...
Post a Comment