Akhir tahun ajaran lalu saya berpikir untuk mengirim surat selamat datang untuk setiap calon murid di kelas saya. Sayang, karena beberapa kesibukan saya tidak sempat memberikan surat itu di hari terakhir sekolah. Tapi saya sempat membawa pulang daftar alamat mereka.
Di tengah liburan, saya tulis semua surat itu dengan tulisan tangan lalu saya kirimkan lewat pos. It is very traditional, tapi menurut saya cara ini justru sangat personal.
Isi surat saya kira-kira seperti ini,
Adinda,
Selamat datang di Kelas 2! Selama Kelas 2 nanti Ibu Tia akan menjadi guru kelasmu. Kita akan bermain dan belajar banyak hal bersama-sama. Ibu Tia sudah tidak sabar bertemu Adinda di Kelas 2 nanti. Selamat menikmati libur, dan sampai bertemu di hari pertama sekolah tanggal 13 Juli 2005.
Kemarin, saya menerima sebuah surat balasan dari Adinda. Di amplop bagian depan, ia menulis nama saya dan alamat sekolah, sertadua buah perangko seharga Rp. 1000,00. Tapi surat itu dititipkan pada teman saya di sekolah, bukan dikirim lewat pos.
Ketika saya buka, ada sebuah kertas bergambar hati yang BESAR SEKALI dan beberapa kalimat di atasnya.
Bu Tia, aku juga sudah tidak sabar naik ke kelas 2. Terimakasih untuk suratnya. Aku baru pertama kali menerima surat.
Mungkin maksudnya menerima surat lewat pos. Sebab di sekolah kami, anak-anak sangat terbiasa saling mengirim surat. Setiap anak dan setiap kelas punya kotak pos sendiri-sendiri. Saya juga punya satu kotak pos di kelas saya tempat anak-anak mengirim berbagai pesan.
Surat dari Adinda tadi pagi membuat saya tersenyum. Tanpa sengaja saya ikut serta dalam pengalaman barunya menerima surat lewat pos. Saya mencoba mengingat-ingat rasanya. Dulu saya juga senang sekali kalau pak pos membawakan surat untuk saya dari teman-teman. I just can't wait to read it through the end, and write another letter to answer it.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment