Saturday, July 23, 2005

To Win His Heart

Ada sebuah hukum tidak tertulis untuk seorang guru : AVOID FAVOURITISM.

Yah, saya setuju walaupun saya mengakui ini tidak mudah. Sebagai manusia biasa yang seringkali bergantung pada approval dan acceptance orang lain, godaan untuk bisa disukai atau menyukai satu dua orang pasti datang silih berganti. Sama tidak mudahnya dengan mencegah keterikatan yang terlalu dalam dengan murid-murid saya. Kalau yang satu ini levelnya sudah setengah mustahil buat saya yang terobsesi dengan pekerjaan nyaris tujuh hari seminggu. Saya hanya hati-hati sekali jangan sampai anak-anak yang tergantung dan terikat terlalu dalam dengan saya. Kasihan mereka, dan kasihan guru berikutnya. Bisa mati gaya.

Saya masih bisa menghindari favouritism, bagi saya setiap anak adalah anak-anak. Mereka punya kepolosan dan keceriaan yang kurang lebih sama dan tetap membuat saya jatuh hati; bagaimanapun penampilan mereka, pencapaian akademis mereka, atau sikap mereka sehari-hari.

Lepas dari semua itu, setiap awal tahun ajaran saya selalu penasaran dengan salah satu anak di kelas saya. Anak yang membuat saya merasa tertantang untuk memenangkan hatinya. Tahun lalu saya sangat penasaran dengan seorang anak perempuan yang saya tahu sangat ekspresif tapi menjaga jarak dengan saya. Saya ada di kelas yang mana seluruh penghuninya selalu gembira dengan semua kegiatan yang saya bawa. Anak perempuan ini tidak. Ia selalu berpartisipasi, tapi lebih sering memperhatikan saya dengan pandangan mengawasi. Satu kuartal ia tidak mau saya dekati, tidak mau diajak mengobrol apalagi bermanja-manja seperti teman-temannya. Saya hampir mati penasaran rasanya. Ternyata seiring tahun ajaran berjalan, kami justru makin akrab. Saya gembira dengan perkembangannya sepanjang tahun. Liburan kemarin kami juga tidak berhenti saling kirim sms seperti orang pacaran.

Tahun ini, there is a handsome boy that makes me.... penasaran juga! Anak ini sangat cerdas, sekaligus sangat emosional. Tidak bisa ditegur sedikitpun, air matanya pasti langsung membanjir. Setiap kali kami kembali ke meja untuk mengerjakan sesuatu, ia langsung melamun. Tidak bersemangat. Saya pernah mengajaknya mengobrol, dan bernyata kegiatan apa yang paling disukainya. Tahu apa jawabnya? "Thinking. I like to think".

Beberapa hari ini saya tidak berhenti mengamatinya dan berpikir keras, apa yang harus saya lakukan untuk memenangkan hatinya.

Apa ya?


No comments: